Analisis Nilai Moral pada Novel Maha Cinta Karya Aguk Irawan Mizan - erapandu

Analisis Nilai Moral pada Novel Maha Cinta Karya Aguk Irawan Mizan

Analisis Nilai Moral pada Novel Maha Cinta Karya Aguk Irawan Mizan

Analisis Nilai Moral pada Novel Maha Cinta Karya Aguk Irawan Mizan - Karya Ilmiah : Abid Mustofa, 2018.

Cari di sini :
Materi Pelajaran SMP/MTs dan SMA/SMK  Buka
Kumpulan Soal SMP/MTs dan SMA/SMK  Buka
Download Buku Pelajaran  Buka/Unduh
Download Modul Ajar  Buka/Unduh



Dalam penelitian ini penulis menganalisis unsur ekstrinsik novel Maha Cinta karya Aguk Irawan Mizan yang meliputi: 
  • hubungan manusia dengan Tuhan, 
  • hubungan manusia dengan manusia lain, 
  • hubungan manusia dengan dirinya sendiri, 
  • hubungan manusia dengan alam sekitar.
Berikut paparan mengenai analisis unsur ekstrinsik yakni nilai moral pada Novel Maha Cinta Karya Aguk Irawan Mizan.

A. Hubungan manusia dengan Tuhan

Hubungan manusia dengan Tuhan meliputi beribadah, meminta petunjuk kepada Allah Swt., bersyukur, dan membaca al Quran. Dapat dipaparkan pada kutipan berikut ini.

1. Beribadah

Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah Swt. yang didasari ketaatan mengerjakan perintan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 

Salah satu ibadah yang dilakukan tokoh dalam novel Maha Cinta dibuktikan dengan kutipan berikut.

“Kita istirahat dulu. Dan shalat...! seru ayahnya.
Dari jauh Imran mengangguk.
Begitu pula dengan ibu.
Shalat pun dikerjakan berjama’ah.”
(24)

“Seandainya hendak mencari keluarga mana yang tak pernah meninggalkan sembahyang fardlu di kala siang, maka keluarga itu adalah Imran dan kedua orang tuanya.” (24-25)

Pada kedua kutipan di atas, pengarang menggambarkan keluarga Imran merupakan kelarga yang religius. 

Meskipun mereka sedang bekerja di ladang tetapi mereka selalu meluangkan waktu untuk shalat. Bukan hanya di keluarga Imran di kelilingi orang yang rajin beribadah tetapi sahabat-sahabatnya juga rajin beribadah. 

Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.

“Ketika para karyawan belum beranjak dari tempat duduknya masing-masing, Imran diikuti Dewi dan Zaid telah terlebih dahulu menuju ke mushola, menjalankan sholat zuhur. Ketika mereka diajak makan, Imran berkata bahwa ia dan kedua temannya sedang menjalankan puasa.” (270)

Pada kutipan di atas, pengarang menunjukkan bahwa Imran dan kedua sahabatnya sangat rajin menunaikan ibadah sholat. Tidak hanya rajin sholat mereka juga rajin berpuasa.

2. Bersyukur

Syukur adalah menampakkan nikmat allah Swt. yang dikaruniakan padanya, baik dengan menyebut nikmat tersebut atau dengan cara mempergunakannya di jalan yang dikehendaki oleh allah Swt.. 

Rasa syukur yang dilakukan oleh tokoh dalam novel Maha Cinta dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Ucapan syukur pun terlantun di bibir Imran dan kedua sahabatnya.” (272)

Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh Imran merupakan tokoh yang religius. Bukan hanya Imran tetapi juga kedua sahabatnya. 

Tidak hanya Imran yang mengucap syukur tetapi juga Pak Ali. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini.

“Pak Ali dan istrinya kini tengah saling berdiam-diri. Kepada Allah mereka bersyukur bahwa Haji Nurcahya telah berubah.” (386)

Dalam kutipan di atas, tergambar bahwa Pak Ali dan Istri sangat bersyukur karena Haji Nurcahaya telah berubah. 

Dahulu, Haji Nurcahya tidak merestui hubungan Imran dengan Marwa tetapi sekarang Haji Nurcahya telah merestuinya.

3. Membaca Al-qur'an

Membaca Alquran adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah Swt.. Seperti pada kutipan di bawah ini membaca Alquran salah satu cara mereka mendekatkan diri kepada Allah Swt..

“Ketika Muniri menyetorkan bacaan al-Qur’annya bersama Rowiyatin, yang lain duduk mendengarkan sembari menyimak melalui mushaf al-Qur’annya masing-masing. Begitu pun setelah Muniri dan Rowiyatin selesai berpindah duduk dibarisan terakhir, dan berganti Zamroni dan Hikmah. Biasanya, Imran dan Marwa akan mendapat giliran yang terakhir mengaji al-Qur’an, dan setelah itu pengajian dilanjutkan dengan pembelajaran kitab-kitab kuning.” (47)

Pada kutipan di atas, digambarkan oleh pengarang bahwa Imran sedang mengaji Alquran dan kitab-kitab kuning bersama sahabat-sahabatnya di Sembungan. 

Selain itu, tidak hanya dengan sahabat-sahabatnya di Sembungan Imran giat membaca Alquran tetapi juga bersama kedua sahabatnya yaitu Zaid dan Dewi. Peristiwa tersebut terjadi pada saat mereka menempuh perjalanan dari Yogyakarta ke Jakarta. 

Berikut kutipan peristiwa tersebut.

“Oke, kalau begitu,” seru Zaid tiba-tiba. “Tampaknya tidak perlu lagi banyak bicara. Aku aku akan mengeluarkan mushaf al-Qur’anku. Aku akan menyimak hafaan kalian. Pertama Dewi meneruskan surat yang aku baca. Lalu setelah itu, Mas Imran yang menlanjutkannya. Bagaimana? Hari semakin malam. Kita isi perjalanan ini dengan bacaan al-Qur’an.” (260)

4. Berdoa

Berdoa adalah merupakan salah satu bentuk beribadah kepada Allah Swt. Berdoa artinya menyeru, memanggil, atau memohon pertolongan kepada Allah Swt. atas segala seusatu yang diinginkan. 

Seperti pada kutipan dibawah ini berdoa menjadi salah satu cara mereka meminta kepada Tuhan-nya.

“Tunjukilah jalanku, ya Rabb-ku. Berilah petunjuk kepada ayah-ibuku. Kuketuk pintumu dengan segenap jiwaku. Kupasrahkan cintaku kepada-Mu.” (64)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa salah satu tokoh dalam novel sedang memohon kepada Allah. Agar Ayah dan Ibunya dibukakan pintu hatinya. 

Doa juga dipanjatkan pada kutipan di bawah ini.

“Ya Allah. Sempurnakanlah kebahagiaan mereka. Dan jadikan perkawinan ini sebagai ibadah kepada-Mu. Dan bukti ketaatan mereka kepada sunnah Rasul-Mu. Indahkanlah rumah mereka dengan kalimat-kalimatmu yang suci. Suburkanlah mereka dengan keturunan yang membesarkan asma-Mu. Penuhi mereka dengan amal shaleh yang Engkau ridhai. Jadikan mereka Yaa ... Allah, teladan yang baik bagi manusia.” (216-217)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh tersebut memohon kepada Allah Swt.. Agar mendapat keturunan yang shaleh dan selalu diridhai oleh Allah Swt.

Download Kumpulan Referensi 

Buka/Unduh

B. Hubungan manusia dengan manusia lain

Hubungan antara manusia ini dapat dibina dan dipelihara, antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama dalam masyarakat dan Negara yang sesuai dengan nilai dan norma agama. 

Berikut ini diuraikan tentang hubungan manusia dengan manusia lain.

1. Menasihati

Menasihati adalah pemberian masukan atau petuah supaya sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pemberian nasihat bisa dilakukan oleh orang tua kepada yang lebih muda, atau sebaliknya. 

Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.

“Bila kau memang mencintainya,” ucap sang ibu kepada Marwa, “Jangan kau sakiti dia dengan cara kau biarkan ia terus mencintaimu, aku mengerti perasaan anak muda. Di hadapan kalian adalah ayahmu. Berhentiah, nak. Cukupkan perasaanmu padanya.” (39)

Pada kutipan di atas, tokoh ibu memberi nasihat kepada Marwa untuk berhenti mencintai Imran karena hubungan mereka tidak direstui oleh ayah Marwa. 

Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagai orang tua wajib memberikan nasihat kepada anaknya. Selain itu, pak Ali juga memberikan nasihat kepada Imran. 

Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini.

“Jika kau seperti ini,” ucap Pak Ali, “kau kalah, Imran! Kau kalah. Setan dan iblis sedang menungu di pintuhatimu. Mereka sedang berteriak-teriak. Mereka menyuruh memaki. Mereka menyuruh membenci. Mereka tengah berupaya menanam dendam di hatimu. Kau akan kalah bila kau menuruti mereka. Hatimu tidak akan selamat. Jika hatimu tidak selamat, maka cintamu buta. Jika cintamu buta, maka kau akan hilang kesejatiannya.” (391)

Pada kutipan di atas, Pak Ali mengingatkan Imran agar tidak terpancing emosi karena emosi dan dendam adalah hasil dari hasutan setan dan iblis. 

Pak Ali tidak mau Imran kalah karena terhasut oleh setan dan iblis dan membuat cinta Imran buta.

3. Berbakti kepada orang tua

Berbakti kepada orang tua adalah berbuat hormat dan patuh kepada orang tua. Serta menyayangi dan membantu meringankan pekerjaan orang tua. 

Dalam novel ini terdapat kutipan yang menunjukan bakti seorang anak kepada orang tua. Berikut kutipan dalam novel.

“Pada saat menunggu kepulangan sang kekasih itu, Imran menggunakan tenaga dan waktunya untuk membantu ayah dan ibunya di ladang.” (82)

Pada kutipan di atas, terlihat bahwa Imran sedang membantu ayah dan ibunya untuk mengisi waktu. Sembari menunggu kekasihnya pulang. 

Berbakti kepada orang tua tidak hanya digambarkan dengan membantu orang tua di ladang tetapi juga digambarkan dari perlakuan Imran kepada orang tua yang begitu sayang dan lembut. 

Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.

“Imran mengangguk. Diusapnya air matanya. Diciumnya kaki ayah dan ibunya. Lalu Imran mengungkapkan betapa bahagianya ia memiliki ayah dan ibu seperti mereka. Mereka sabar. Mereka lembut. Mereka yang baik hatinya.” (112)

“Begitu Imran masuk, ia langsung bersimpuh di kaki ibunya, sperti yang lalu, seperti yang sudah-sudah.” (388)

Pada kedua kutipan di atas, tergambar bahwa Imran sangat menghormati dan menyayangi kedua orang tuanya. 

Rasa sayangnya ditunjukkan dengan cara bersimpuh dan mencium kaki kedua orang tuanya.

3. Persahabatan

Dalam novel Maha Cinta, Imran memiliki sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan selalu memberi semangat. Persahabatan merupakan salah satu hubungan manusia dengan manusia. 

Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.

“Apabila adzan magrib tiba, para pemuda itu laksana menunggu satu dan lainnya, untuk bisa pergi bersama-sama ke masjid. Biasanya Sirhadi paling awal datang, walau rumahnya berada paling ujung. Sirhadi akan menghampiri Khotibi, lalu mereka berdua pergi ke rumah Muniri dan Zamroni, dan terakhir mereka berjalan bersama-sama ke rumah Imran, untuk seterusnya berangkat ke masjid.” (45)

“Imran berdiri termangu, antara percaya dan tak percaya. Dipeganginya surat berwarna putih, ditimang-timangnya, lalu dimasukkannya ke saku baju. Lantas ia melangkah memasuki pelataran masjid, dan sahabat-sahabatnya menyambutnya dengan berdiri.” (144)

Dalam kutipan di atas, terlihat bahwa Imran mempunyai sahabat yang sama-sama tinggal di Sembungan. Mereka selalu berangkat bersama untuk pergi ke masjid kampung dan mengaji Alquran di rumah Kiai Yazid. Selain itu, Imran juga mempunyai sahabat di Yogyakarta. 

Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Usai mendapat Briefing itu, Imran dan kedua temannya melaksanakan sholat asar di masjid kampus, lalu berangkat ke stasiun Tugu. Imran dan kedua temannya itu akan ke Jakarta dengan menaiki kereta.” (251)

Dari kutipan di atas, diketahui bahwa Imran mempunyai dua sahabat semasa kuliah di Yogyakarta. Mereka saling mendukung dan berlomba-lomba dalam kebaikan.


Baca Juga :
Analisis Nilai Moral pada Novel Maha Cinta Karya Aguk Irawan Mizan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel