Analisis Sudut Pandang dan Amanat Novel Bulan Karya Tere Liye - erapandu

Analisis Sudut Pandang dan Amanat Novel Bulan Karya Tere Liye

Analisis Sudut Pandang dan Amanat Novel Bulan Karya Tere Liye

Analisis Sudut Pandang dan Amanat Novel Bulan Karya Tere Liye - Karya Ilmiah : Dede Eka S, 2019.
Cari di sini :
Materi Pelajaran SMP/MTs dan SMA/SMK  Buka
Kumpulan Soal SMP/MTs dan SMA/SMK  Buka
Download Buku Pelajaran  Buka/Unduh
Download Modul Ajar  Buka/Unduh

A. Sudut Pandang Novel Bulan Karya Tere Liye

Dalam novel Bulan karya Tere Liye sudut pandang yang digunakan adalah pusat pengisahan persona pertama, pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang pesona pertama, gaya “aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Berikut ini adalah kutipan novel Bulan karya Tere Liye yang digambarkan sudut pandang persona pertama.

“Saatnya aku mencoba hal berikutnya, berlatih ke level berikutnya. Aku berkonsentrasi penuh. Plop! Tubuhku dan Ily menghilang, enam gorila iti menghantam tanah kosong. Plop! Aku dan Ily muncul di sebelah Seli dan Ali.” (Bulan: 2015: 156)

Dari kutipan tersebut terlihat saat pengarang menggunakan sebutan orang pertama menggunakan “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran diri sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan, baik yang diketahui, didengar, dilihat, dialami, dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Dari situlah sudut pandang yang digambarkan yaitu sudut pandang persona pertama.

Download Kumpulan Referensi 

Buka/Unduh

B. Amanat Novel Bulan Karya Tere Liye

Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca, baik secara implisit maupun eksplisit. Melalui amanat, pengarang ingin berkomunikasi dengan pembaca. Amanat yang peneliti temukan dalam novel Bulan sebagai berikut.

1. Tidak Merusak Alam

Salah satu hal yang terjadi di sekitar masyarakat adalah tidak pernah menjaga lingkungan dan selalu merusak alam. Memang ada langkah untuk menjaga lingkungan dan alam kita tetapi belum berhasil karena kurangnya kesadaran masyarakat. 

Banyak orang yang melakukan pembakaran hutan dan pemburuan liar yang menyebabkan kerusakan ekosistem di alam. Pada novel Bulan pengarang menyampaikan amanat yang baik kepada pembaca dengan menyampaikan hal yang seharusnya dilakukan oleh kita sebagai manusia harus perduli dengan alam. Hal tersebut dapat ditemukan pada kutipan berikut.

“Kalan Matahari adalah dunia yang amat terjaga. Hutannya lebih alami dibandingkan Klan Bulan. Sungai-sungainya lebih jernih, siklus alamnya berjalan tanpa gangguan. Tidak ada yang punah, hewan dan tumbuhan bisa berevolusi dengan baik.” (Bulan: 2015: 76)

Pengarang menyampaikan anamat lewat tulisannya pada novel Bulan yaitu Klan Bulan adalah dunia yang amat terjaga, hutannya lebih alami dibandingkan Klan Bulan, sungai-sungainya lebih jernih, siklus alamnya berjalan tanpa gangguan, hewan dan tumbuhan bisa berevolusi dengan baik. Sebenarnya kalimat itu secara tidak langgsung menyuruh kita untuk mengupayakan dan mengusahakan mencari solusi agar kita bisa melestarikan alam.

2. Tidak Boloh Berkecil Hati

Manusia terlahir di dunia sudah memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu kita tidak boleh berkecil hati dengan kemampuan yang kita miliki karena semua sudah ada kelebihan dan kekurangannya. Ketika kita merasa bahwa kita tidak bisa melakukan hal yang orang lain lakukan kita jangan berkecil hati, karena orang lain belum tentu bisa melakukan apa yang kita bisa.

“Ali di sebelahku menceletuk pelan, “Yeah, kalian memang hebat semua. Hanya aku makhluk rendah yang tidak memiliki kekuatan, selain menjadi beruang raksasa di luar kesadaran.” (Bulan: 2015: 92)

Pada kutipan di atas, terlihat bahwa Ali memuji teman-temannya yang memiliki kemampuan khusus. Ali mengatakan dirinya sendiri sebagai makhluk rendahan tetapi sebenarnya Ali lupa bahwa dialah yang memiliki otak paling jenius dibandingkan teman-temannya yang lain. Manusua terlahir sudah dengan kelebihan dan kekuranganna masing-masing. 

Oleh karena itu, kita tidak boleh berkecil hati dan yang perlu kita lakukan adalah berusaha sebaik mungkin untuk meningkatkan kelebihan yang kita miliki.

3. Jangan Berprasangka Buruk

Berprasangka baik merupakan cabang dari keimanan. Orang yang berakal akan berprasangka baik kepada orang lain, dan tidak mau membuatnya sedih karena kita berprasangka buruk kepadanya.

“Seli menghela napas, menggeleng. “Mereka tidak menyukai kita. Mereka berteriak-teriak mengusir kita. Mereka bilang kita akan membawa masalah besar.” (Bulan: 2015: 278)

Pada kutipan di atas, terlihat Seli menjelaskan kepada teman-temannya jika mereka diusir dari kampung karena mereka akan membawa masalah besar. Para penduduk kampung tidak berfikir dan menilai secara jelas bahwa Raib, Seli, Ali dan Ily adalah orang yang baik dan tidak ada niatan apapun untuk melakukan hal buruk. 

Penduduk menjelaskan jika peserta Festival Bunga Matahari datang mereka hanya akan membawa masalah besar bagi penduduk kampung seperti yang sudah terjadi sebelumnya, tetapi kita tidak boleh berprasangka buruk kepada orang lain dan menilai mereka secara kelompok. Belum tentu semua peserta Festival Bunga Matahari itu adalah orang yang jahat.

4. Saling Tolong Menolong

Islam sangat menganjurkan saling tolong menolong di antara sesama manusia. Dengan saling menolong akan dapat memberikan keringanan diantara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, kita hendaklah melakukan kebaikan dengan menolong orang lain. Pada novel Bulan hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Kita memang bukan Av. Tetapi kita punya obat penawar racun terbaik dari Mena-tara-neta II.” Aku mengeluarkan botol dari saku.” (Bulan: 2015: 281)

Pada kutipan di atas, terlihat bawa Raib ingin menolong penduduk kampung yang terkena gigitan ular beracun. Raib ingin memberikan penawar racun yang ia miliki kepada penduduk Kampung Sawah.

“Kalian sungguh mulia,”Dena-tara-neda III menyeka matanya yang berkaca-kaca. “Penduduk kami mengusir kalian, meneriaki, memaki. Tapi lihatlah, kalian membalasnya dengan memberikan obat yang sangat kami butuhkan. Kalian berbeda sekali dengan orang-orang kota lainnya.” (Bulan: 2015: 291)

Tabib Kampung Sawah tidak bisa mengobati para penduduk yang terkena gigitan ular beracun itu karena tidak memiliki penawar racun bisa ular tersebut. Raib kembali kekampung karena melihat ada warga yang tergigit ular beracun dan memberikan penawar racun yang dia punya untuk mengobati warga meskipun dia baru saja diusir dari kampung. 

Pengarang menyampaikan amanat kepada pembaca bahwa kita sebagai manusia harus saling tolong menolong.

Analisis Sudut Pandang dan Amanat Novel Bulan Karya Tere Liye

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel