Rangkuman Materi Mempertahankan Kejujuran - erapandu

Rangkuman Materi Mempertahankan Kejujuran

Rangkuman Materi Mempertahankan Kejujuran PAI Kelas 10

Materi Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian PAI Kelas 10 - Mempelajari dan memahami pengertian jujur dan dusta, dalil ayat Al-Qur'an dan hadis tentang sifat jujur.

Cari di sini :
Materi Pelajaran SMP/MTs dan SMA/SMK  Buka
Kumpulan Soal SMP/MTs dan SMA/SMK  Buka
Download Buku Pelajaran  Buka/Unduh
Download Modul Ajar  Buka/Unduh


Memahami Makna Kejujuran

A. Memahami Makna Kejujuran

1. Pengertian Jujur

Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan “aś-śidqu” atau “śiddiq” yang berarti benar, nyata, atau berkata benar

Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kazibu”

Secara istilah, jujur memiliki makna bermakna:

  • kesesuaian antara ucapan dan perbuatan
  • kesesuaian antara informasi dan kenyataan
  • ketegasan dan kemantapan hati
  • sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan.

Jujur adalah salah satu perilaku dan sikap terpuji dengan memberikan informasi atau berkata sesuai dengan apa yang dilakukan dan dilihat atau sesuai fakta yang terjadi.

Jujur identik dengan kebenaran. Sesuai firman Allah Swt.

Jujur identik dengan kebenaran

Artinya: 

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-Ahzab/33:70)

Jujur merupakan sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik berupa harta maupun tanggung jawab.

Orang yang melaksanakan amanat disebut al-Amin, yakni orang yang terpercaya, jujur, dan setia.

2. Pembagian Sifat Jujur

Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (śiddiq) sebagai berikut.

  • Jujur dalam niat atau berkehendak: yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt. 
  • Jujur dalam perkataan (lisan): yaitu sesuainya berita yang diterima dengan yang disampaikan. 
  • Jujur dalam perbuatan/amaliah: yaitu beramal dengan sungguh-sungguh sehingga perbuatan zahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.

Sifat jujur dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan, dan hidup bermasyarakat.

Download Rangkuman Materi Pelajaran Tingkat SMP dan SMA 

Buka/Unduh

Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang Perintah Berperilaku Jujur

B. Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang Perintah Berperilaku Jujur

1. Q.S. al-Maidah/5:8

Ayat-Ayat Al-Qur’ān dan Hadis tentang Perintah Berlaku Jujur

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Maidah/5:8)

Kandungan Q.S. al-Māidah/5:8

Ayat ini memerintahkan kepada orang mukmin agar melaksanakan amal dan pekerjaan mereka dengan cermat, jujur, dan ikhlas karena Allah Swt., baik pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan yang bertalian dengan urusan kehidupan duniawi.

Dalam persaksian, mereka harus adil menerangkan apa yang sebenarnya, tanpa memandang siapa orangnya, sekalipun akan menguntungkan lawan dan merugikan sahabat dan kerabatnya sendiri.

Menurut Ibnu Kașir, maksud ayat di atas adalah agar orang-orang yang beriman menjadi penegak kebenaran karena Allah Swt., bukan karena manusia atau karena mencari popularitas.

2. Q.S. at-Taubah/9:119

Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang Perintah Berlaku Jujur

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah Swt., dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (Q.S. at-Taubah/9:119)

Kandungan Q.S. at-Taubah/9:119

Dalam ayat ini, Allah Swt. menunjukkan seruan-Nya dan memberikan bimbingan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya. 

Mereka diharapkan tetap dalam ketakwaan serta mengharapkan rida-Nya, dengan cara menunaikan segala kewajiban yang telah ditetapkan-Nya, dan menjauhi segala larangan yang telah ditentukan-Nya, dan hendaklah senantiasa bersama orang-orang yang benar dan jujur, mengikuti ketakwaan, kebenaran dan kejujuran mereka.

Dan jangan bergabung kepada kaum munafik, yang selalu menutupi kemunafikan mereka dengan kata-kata dan perbuatan bohong serta ditambah pula dengan sumpah palsu dan alasan-alasan yang tidak benar.

3. Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra.

Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra.

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan sesantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai pendusta.” (H.R. Muslim)

Kandungan Hadis

Dalam sebuah hadis panjang yang berasal dari Syihab diceritakan bahwa ketika Rasulullah saw. akan melakukan gazwah (penyerangan) ke Tabuk untuk menyerang tentara Romawi dan orang-orang Kristen di Syam, salah seorang sahabat yang bernama Ka’ab bin Malik mangkir dari pasukan perang. Ka’ab menceritakan bahwa mangkirnya ia dari peperangan tersebut bukan karena sakit ataupun ada suatu masalah tertentu.

Tetapi entah mengapa ia merasa enggan untuk bergabung bersama pasukan Rasulullah saw. sampai akhirnya ia ditinggalkan oleh pasukan Rasulullah saw.

Sekembalinya pasukan Rasulullah saw. ke Madinah, ia pun bergegas menemui Rasulullah saw. dan berkata jujur tentang apa yang ia lakukan.

Akibatnya, Rasul menjadi murka, begitu pula sahabat-sahabat lainnya. Ia pun dikucilkan bahkan diperlakukan seperti bukan orang Islam, sampai-sampai Rasulullah saw. memerintahkannya untuk berpisah dengan istrinya. 

Setelah 50 hari, ia diberi kabar gembira bahwa Allah Swt. telah menerima taubatnya, dan Rasulullah saw. telah memaafkannya, Ka’ab berkata, “Demi Allah Swt. tidak ada nikmat terbesar dari Allah Swt. setelah nikmat hidayah Islam selain kejujuranku kepada Rasulullah saw. dan ketidakbohonganku kepada beliau, sehingga saya tidak binasa seperti orang-orang yang berdusta, sesungguhnya Allah Swt. berkata tentang mereka yang berdusta dengan seburuk-buruk perkataan.

Penerapan Perilaku Jujur

C. Menerapkan Perilaku Mulia Sifat Jujur

Jujur adalah perilaku yang sangat mulia. Jujur adalah sifat yang wajib dimiliki oleh para nabi dan rasul Allah Swt.

Separuh gelar kenabian akan disandangkan kepada orang-orang yang senantiasa menerapkan perilaku jujur.

Berikut penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

  1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang tua ketika akan pergi ke mana pun.
  2. Tidak meminta sesuatu di luar kemampuan kedua orang tua.
  3. Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak mengetahuinya.
  4. Melaporkan prestasi hasil belajar kepada orang tua meskipun dengan nilai yang kurang memuaskan.
  5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau ujian sekolah. 
  6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidakhadiran ke sekolah. 
  7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain, meskipun barang tersebut tampak tidak begitu berharga. 
  8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang dapat menghalanginya. 
  9. Tidak menjanjikan sesuatu yang kita tidak dapat memenuhi janji tersebut. 
  10. Mengembalikan barang yang ditemukan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang bertanggung jawab. 
  11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati.


Kisah Kejujuran Nabi Muhammad saw

Ketika Nabi Muhammad saw. hendak memulai dakwah secara terbuka dan terang-terangan, langkah pertama yang dilakukan, Rasulullah saw. berdiri di atas bukit, kemudian memanggil-manggil kaum Quraisy untuk berkumpul, “Wahai kaum Quraisy, kemarilah kalian semua. Aku akan memberikan sebuah berita kepada kalian semua!”

Mendengar panggilan lantang dari Rasulullah saw., berduyun-duyunlah kaum Quraisy berdatangan, berkumpul untuk mendengarkan berita dari manusia jujur penuh pujian. Setelah masyarakat berkumpul dalam jumlah besar, beliau tersenyum kemudian bersabda, “Saudara-saudaraku, jika aku memberi kabar kepadamu, jika di balik bukit ini ada musuh yang sudah siaga hendak menyerang kalian, apakah kalian semua percaya?” Tanpa ragu semuanya menjawab mantap, “Percaya!”

Kemudian, Rasulullah kembali bertanya, “Mengapa kalian langsung percaya tanpa membuktikannya terlebih dahulu?” Tanpa ragu-ragu orang yang hadir di sana kembali menjawab mantap, “Engkau sekalipun tidak pernah berbohong, wahai al-Amin. Engkau adalah manusia yang paling jujur yang kami kenal.”


Resume:

  1. Jujur (as-sidqu) adalah mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataan, sedangkan dusta (al-kazibu) adalah mengatakan sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan.
  2. Kejujuran merupakan petunjuk dan jalan menuju surga Allah Swt., sedangkan dusta adalah petunjuk dan jalan menuju neraka. 
  3. Jujur adalah sifat para nabi dan rasul Allah Swt., sedangkan bohong atau dusta adalah ciri atau sifat orang-orang munafik.
  4. Kejujuran akan menciptakan ketenangan, kedamaian, keselamatan, kesejahteraan, dan kenikmatan lahir batin baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sementara, kedustaan menimbulkan kegoncangan, kegelisahan, konflik sosial, kekacauan, kehinaan, dan kesengsaraan lahir dan batin baik di dunia apalagi di akhirat. 
  5. Diperbolehkan dusta hanya untuk tiga hal saja, yaitu ketika seorang istri memuji suaminya atau sebaliknya. Ketika seseorang yang akan mencelakai orang yang tidak bersalah dengan mengatakan bahwa orang yang dicari tidak ada. Ketika ucapan dusta untuk mendamaikan dua orang yang sedang bertikai agar damai dan rukun kembali.


Tugas !

  1. Ayat dan artinya yang berhubungan dengan kejujuran
  2. Hadis tentang perilaku jujur
  3. Keuntungan di dunia dari perilaku jujur
  4. Sikap yang harus ditunjukkan agar terhindar dari perilaku dusta
  5. 3 (tiga) dampak negatif akibat perilaku dusta yang dilakukan



Rangkuman Materi Mempertahankan Kejujuran PAI Kelas 10
Sumber: Buku PAI Kelas 10


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel